Akhirnya kesampaian juga menulis hiking Gede-Pangrango setelah hampir seabad tidak menulis cerita perjalanan. Ini menjadi yang kedua kalinya mendaki gunung setelah papandayan.
Rembulan yang hanya menyinari dan menerangi malam kami yang dingin. Hampir 4jam kami berjalan tak kunjung sampai tempat camp. Akhirnya kita bersempatkan diri untuk bermalam di pinggir perjalanan menuju puncak.
Gue sudah lama tidak trekking sehingga berjalan pelan agar tidak kehabisan napas. Udara dingin tidak terasa saat trekking, badan bahkan terasa hangat karena tubuh terus bergerak.
Matahari belum muncul. Pagi-pagi sekali kami berangkat, semua sudah siap dengan sepatu kets atau sepatu trekking dan backpack. Jaket tebal membalut tubuh kami, tiba saatnya berjalan tiga kilometer di tengah pekatnya pagi yang masih gelap. Dua jam kemudian kami mendengar percikan air hujan yang turun, Sejenak untuk mengumpulkan tenaga kami ber-selfie riang untuk mengabadikan moment yang jarang terjadi dan kemudian perlaham matahari muncul.
Setelah berjalan kurang lebih 4jam kami tiba di puncak yang membuat kami sontak berdecak kagum dan kesenangan sendiri. Untuk mempersingkat waktu karena hari semakin sore dan langit sepertinya sudah mulai lelah untuk menampakan sinarnya akhirnya kami melanjutkan kembali perjalanan yang memakan waktu 3 jam untuk sampai di SuryaKencana dan bermalam disana.
Angin bertiup kencang di atas, saya mengeluarkan jacket untuk menahan angin dan masih kedinginan. Namun pemandangan yang saya lihat jauh lebih berarti, apalah artinya menahan dingin saat anda disuguhi pemandangan seperti ini..
Di Alun alun Suryakencana kami mendirikan tenda. Saran gue, bangun tenda di area pinggir, karena kalau di area tengah lebih dingin karena angin melewati dua bukit sehingga sangat terasa aliran angin di tengah.
Oya, di area Alun alun Suryakencana tidak ada wc, jadi kalau mau menuntaskan panggilan alam,
edelweiss sangat membantu, karena banyak yang menyelesaikan perut mules dengan bersembunyi di tengah tengah edelweiss yang besar dan tinggi tinggi.
Hmm, mungkin juga karena itu edelweissnya subur subur hihi. Kalau berjalan di area itu mesti lihat lihat ke bawah jangan sampai menginjak "ranjau" tapi biasanya ditutupi tissue jadi kalian sudah bisa lihat posisi ranjau. Haha kenapa jadi banyak ngomongin ini ya, merusak konten keindahan Alun alun Suryakencana.
Di luar masalah wc dan sampah, alun alun Suryakencana ini indahnya luar biasa. Gue membayangkan seandainya bawa dress panjang yang keren, terus foto foto di area ini pasti bakal seperti foto foto di majalah hihi.
Satu hal lagi, area Alun alun Suryakencana kalau sudah malam dinginnya pol, jadi siapkan baju dan peralatan untuk berperang dengan suhu dingin. Saya ingat sulit tidur karena kedinginan padahal sudah pakai jaket tebal, kaus kaki berlapis dan segala macam.
Pagi hari kami sempat mengecek suhu, ternyata sampai minus dua derajat celcius, pantas saja dinginnya luar biasa.
Oya, satu lagi, malam hari biasanya kita pasang senter, nah coba senternya dimatikan sebentar dan lihat ke atas. Saya sampai melongo lihat bintang begitu banyak, langit dipenuhi bintang, romantis banget. *Buat kalian para jomblo sebaiknya jangan datang sendiri karena akan mengalami hiportemia terhadap gagalnya mendaki bareng pacar.
Selfie cantik dengan Alfiyah |
Alun alun Suryakencana ini ada di area Taman Nasional Gede Pangrango, di wilayah tiga kabupaten yaitu Bogor, Cianjur dan Sukabumi, jadi dekat dari Jakarta dan bisa diakses saat weekend bagi anda yang kerja kantoran dan sulit ambil cuti libur.
Pengalaman yang seru banget!
Kalau kesini dijamin capenya ilang dan worth the effort, hasil foto foto juga pasti keren. Jadi next time, daripada nongkrong di mall menghabiskan seratus ribu untuk segelas martini, cobain deh naik gunung, sekali saja dan anda tentukan sendiri apakah ketagihan atau menyesal :)
0 komentar