Mahal kalau jadi Bridemaid |
Jahit seragam bridesmaid bisa habis Rp300 ribu sendiri, belum ngitung kado, traktiran gaji pertama, sampai pajak jadian. Kesannya kita harus siap bokek demi teman. Wajib kita lawan!
Ya itu lah mengapa ongkos pertemanan di Indonesia itu mahal banget, wong semuanya serba duit ya..
Umur gue baru 25 tahun ini (cieeeeeeeleeee), masih merintis karir, tetapi lingkungan pertemanan gue belakangan mulai dipenuhi kawan yang masuk 'usia siap kawin’. Jadilah gue terjebak dalam lingkaran musim kawin satu tahun belakangan, dipusingkan serba-serbi perintilan kostum kondangan, dan…..seluruh ongkos yang mengiringinya.
Bersyukur sih dari semua teman gue nggak ada yang pernah ngasih bahan baju untuk jadi bridesmaid. Kalau pun ada bisa habis uang gue buat ngejahit baju. Tapi terlebih teman-teman gue level menengah kebawah.. Hhahaaha..
Mahal jadi bridesmaid cuy |
Tapi ada lho yaa.. Contoh aja teman gue nih yang kawan-nya level High Class, pengen ngikutin trend sekarang. Macam artis lahh yahhh..
Pekan lalu, ada kawan yang menikah. Sebulan sebelumnya, dia dikirimi bahan buat bikin seragam bridemaid—istilah trendi masa kini buat pagar ayu, walau jobdesc-nya juga podho wae. Intinya mejeng deket penganten. Temen gue bilang ke gue seneng saja dapat kain seragam, tapi sayangnya masih ‘mentahan’. Alhasil, dia harus kembali merogoh kocek hingga Rp 300 ribu untuk menjahit kain seragam bridemaid tadi. Kok sama teman sendiri hitungan? Hehehe, santai bosque. Itu baru satu hal lho.
Belum usai urusan jahit-menjahit, tiba-tiba masuk pesan ajakan bikin bridal shower buat si kawan. Semua kawan satu circle ribut menyamakan jadwal, mengatur perintilan macam dekorasi, booking tempat, sampai memikirkan kado untuk si calon pengantin. Setelah dihitung-hitung, saya harus (kembali) mengeluarkan kocek Rp225 ribu untuk kado dan perintilan bridal shower. Wassalam, dahhh tuh yakk..
Belum sempat bernapas, temen gue curhat dan kembali ‘ditagih’ patungan ikut baby shower salah satu kawan lain yang akan melahirkan empat bulan lagi. Kami sepakat memberi kado yang isinya bantal dan selimut bayi, kami patungan Rp80 ribu per orang. Ah, lumayan lah, enggak mahal-mahal amat pikir saya. Hingga tiba-tiba...muncul tagihan lainnya. Untuk kebutuhan booking tempat, makan-makan, dan dekorasi pesta baby shower, masing-masing dikenakan Rp 200 ribu per orang.
Ouhhh My Lord , Gusti nu Agung. Uang harian saja kerap saya batasi Rp 30 ribu buat dua kali makan. Bisa nggak sih loe pada bayangin..
Traktir orang lain terus, kapan traktir buat orang tua |
‘Masalahnya’, ini baru biaya pertemanan dalam lingkup pertemanan yang dekat banget. Ini terjadi enggak cuma di Jabodetabek. Di kota-kota besar lain juga mulai ngetren. Itu belum menghitung biaya yang keluar kalau misalnya kita resign dari kantor lama. Akhir bulan lalu, saya punya ‘tanggung jawab’ traktir kawan-kawan kantor lama yang saya tinggal pindah kerja. Dengan total anggota tim sekitar 10 orang, pizza adalah pilihan terbaik daripada bikin makan-makan di restoran. Maka melayanglah uang kisaran Rp250 ribu untuk dua loyang pizza jumbo yang ludes hanya dalam waktu 15 menit. Aselik, cepet banget banget abisnya tuh pizza.
Resign ditagih traktiran, dapat kerjaan baru pun dibebani ongkos serupa sama teman-teman. Kalian barangkali juga pernah mengalami ‘tagihan’ saat memperoleh gaji pertama, dapet promosi, atau naik pangkat di kantor. Eits, jangan lupakan juga, kawan-kawanmu itu kadang selalu hadir untuk menuntut pajak jadian, apalagi kalau misalnya kamu sudah jomblo tahunan.
Bukan cuma gue ternyata yang misuh-misuh sendirian. Kawan gue yang lain sebut saja, Neng sih (26) juga mengeluhkan hal serupa. Dia bekerja dengan status freelancer setelah lulus kuliah. Tapi dia kerap ditagih ongkos-ongkos ‘persahabatan’ yang angkanya bisa mepet gajinya sebulan.
“Aku pusing pada minta ditraktir terus. Bulan lalu aku keluar hampir Rp1,3 juta buat traktir ulang tahun, siapin bridal shower suprise party, sama jahit baju kawinan,” kata Katarina. FYI, dengan menyandang status magang dan freelancer, ia mengaku pendapatan bulanan enggak jauh dari angka Rp3,8 juta per bulan, tinggal tersisa Rp 2 juta untuk menyokong hidupnya sebulan. Hiks, tega...
Sekali lagi, mengangkat isu kayak gini bukan berarti kita-kita yang keberatan tuh pamrih. Cuman, kzzzzl enggak sih kalau kamu harus keluar duit hampir jutaan ‘demi persahabatan’? Seriusan deh, segitu mahalnya kah ongkos menjadi seorang teman? Ya, sebenarnya sih enggak masalah kalau teman diminta membeli kado fungsional untuk ia yang berbahagia, asal masih make sense. Tapi, buat apa coba mahal-mahal patungan beliin sash tulisan ‘bride to be’, balon-balon tulisan ‘yes I do’, plus pernak pernik mahkota, bando apalah apalah itu yang cuma bisa dipakai sekali sama si calon pengantin.
Sesudah melakukan identifikasi masalah, berangkat dari seluruh gerundelan dan fakta selalu nyaris bokek demi pertemanan, Gue punya tips biar Loe pada jadi temen tanpa harus keluar duit ataupun memaksa sobatmu membelanjakan uang. Niscaya Loe akan disayang seluruh umat manusia.
Kalau Temanmu Ulang Tahun, Jangan Merengek-rengek Minta Ditraktir
Di negara-negara Barat, mereka yang tengah ulang tahun biasanya malah ditraktir—enggak kayak di Indonesia yang malah punya ‘kewajiban’ nraktir. Jadi, kalau misalnya ada teman Loe yang ulang tahun, berikan ucapan yang layak. Syukur-syukur kalau loe mau kasih kado ke dia. Selain dia senang, lu juga gak nyusahin dia kan cuy. Jangan malah minta-minta ditraktir terus sok asik bilang, “kan buat temen”. Kalau yang ulang tahun bakalan jadi kere gara-gara harus nraktir ulang tahun, loe mau bantu bayarin makan siangnya?
Ya gitu lah tips dari Ogut.. biar duit Loe tetep save walapun tagihan menumpuk. wkwkwk
apa sih gue. yagitu dah yakk..
See you di cerita lainnya..