Tahukah kau setiap hari aku menghitung hujan yang turun? ,
Menghitung tetes demi tetes yang tiada habisnya. Sendirian...
Karena kau tak pernah ada. Karena kau tak pernah sadar. Karena kau selalu tiada.
Tahukah kau setiap hari aku menghitung hujan yang turun?
Menghitung tetes demi tetes, cintaku padamu yang mulai berhamburan
Berhamburan jatuh dan menghilang ditelan bumi.
"Bersamamu selalu menyenangkan." Nana merebahkan kepalanya ke pundak Rangga. Tersenyum sambil menatap hujan yang turun. "Jangan tinggalkan aku ya."
"Bersamamu selalu menyenangkan." Nana merebahkan kepalanya ke pundak Rangga. Tersenyum sambil menatap hujan yang turun. "Jangan tinggalkan aku ya."
"Tidak akan."
"Apakah kita bisa begini selamanya?"
"Selamanya sayang, yakinlah kepadaku."
"Kau tidak menyesal melamarku padahal aku belum lulus kuliah?"
Rangga tersenyum lembut,
"Kenapa tidak? Kau bisa menikah, dan tetap kuliah."
"Benar juga." Nana tertawa, "Tetapi hanya kau yang bekerja untuk rumah tangga kita nanti."
"Siapa bilang?" Rangga mengerutkan keningnya, pura-pura tampak serius. "Aku akan menagihkan semua pengeluaran yang kukeluarkan untukmu begitu kau lulus kuliah dan menerima gaji pertama di pekerjaanmu."
Mereka lalu tertawa bersama, sambil menatap hujan turun.
"Aku mencintaimu Nana. Aku berjanji akan membahagiakanmu, sekarang, ataupun nanti setelah kita menikah. Apapun yang terjadi, kau harus tahu. Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya untukmu."
***
Selamanya sayang, yakinlah kepadaku......Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya untukmu..."
Kalimat itu terngiang ditelinga Nana sederan aliran hujan yang turun, sekarang, di depan makam Rangga dengan tanah merah yang masih basah. Apakah Rangga kedinginan di bawah sana? Pertanyaan itu menggayutinya, menghancurkan hatinya, membuatnya memeluk dirinya sendiri yang gemetaran.
Nana tidak pernah membayangkan ini akan terjadi. Sampai dengan kemarin, yang terbentang di depannya adalah kebahagiaan, kebahagiaannya bersama Rangga. Tetapi ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kekasihnya direnggut dari sisinya tepat sehari sebelum pernikahan mereka. Rangga meninggal karena kecelakaan, ketika mencari rangkaian buket bunga untuk pengantinnya di saat-saat terakhirnya.
Mereka bilang jenazah Rangga menggenggam bunga itu ketika ditemukan.... bunga mawar putih dengan kelopaknya yang hancur berguguran terkena benturan....bunga itu tidak putih lagi, berubah merah, terpercik darah Rangga. Dan jantung Rangga sudah berhenti berdetak. Sudah tidak berdetak untuk Nana lagi, terkubur diam di sana, dalam tanah yang dingin, tidak terjangkau.
Apakah yang dipikirkan Rangga pada saat-saat terakhirnya? Nana mengernyit, tak mempedulikan hujan deras yang membasahi pakaian dan rambutnya sampai kuyup, dia berdiri dengan tegar, di depan makam itu, menatap nisannya dengan nanar. Apakah Rangga memikirkan dirinya? Pernikahan mereka? Air mata mulai menetes lagi di mata Nana, mata yang sudah kelelahan meneteskan kesedihannya. Bagaimana mungkin Rangga meninggalkannya seperti ini? Bagaimana mungkin Rangga tega? Nana berhak marah bukan? Tetapi apa gunanya dia marah? Rangganya sudah tidak ada, dan kesedihan sudah menelannya sampai remuk redam.
Pelaminan itu kosong sekarang, tak akan pernah ditempati. Persiapan pesta berubah menjadi duka yang kelabu dan tumpahan air mata. Hati Nana hancur, hancur sejak Rangga pergi meninggalkannya, selamanya.
***
Nana mendesah, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sambil menatap ke arah langit. Ini masih jam dua siang, tapi mendung menggayut seakan terlalu berat membawa isiannya yang kelabu, membuat langit makin menggelap. Hujan yang turun pasti akan deras sekali. Nana menoleh ke kiri dan kanan dengan cemas, angkot yang ditunggunya belum tampak juga. Kalau sampai hujan deras turun dan dia belum dapat angkot, Nana akan kehujanan.
Dia harus mencari tempat berteduh. Putusnya ketika rintik-rintik hujan mulai membasahi tubuhnya, menimpa kepalanya. Pandangannya terpaku pada sebuah cafe di sudut jalan. Cafe itu tampak nyaman, dengan kanopi hijau dan tulisan "Warung Kopi Purnama" dengan huruf putih dan merah tebal berlatar hitam tergantung di ujung depan, seolah-olah memanggilnya. Itu warung kopi kuno, alih-alih seperti sebuah coffe shoop, malahan lebih mirip bangunan masa lampau yang salah tempat di tengah-tengah gedung-gedung ruko yang begitu tinggi.
Sejenak Nana merasa ragu, tetapi hujan turun makin deras, hingga dia akhirnya memutuskan masuk. Suasana tampak sepi, dan ternyata bagian dalam warung kopi itu lebih bagus daripada bagian luarnya. Seperti cafe jaman belanda, dengan dinding berwarna krem dan kursi meja yang terbuat dari kayu jati, dengan hujan yang turun deras di sana, suasana tampak lebih dramatis.
Ini adalah jenis cafe dimana Nana bisa duduk berjam-jam tanpa bosan. Nana duduk, lalu memesan secangkir kopi, dan roti bakar sebagai temannya. Sepertinya dia akan lama di sini menunggu hujan, jadi tidak ada salahnya dia memesan makanan. Nana menolehkan kepalanya ke sekeliling. Suasana Cafe cukup sunyi, hanya ada beberapa orang yang duduk menikmati kopi di sana, mungkin berteduh, mungkin juga sedang bernostalgia.
Ketika pesanannya datang, Nana mengeluarkan buku, tetapi setelah beberapa lama mencoba berkonsentrasi membaca, dia menyerah. Hujan itu menghalau konsentrasinya, dia lebih tertarik menatap hujan, menghitung helaan buliran air yang menghempas tanah, dan mengenang Rangga. Hari itu juga hujan, ketika Rangga kecelakaan. Apakah hujan jugakah yang membunuh kekasih hatinya?
Suara berisik di pintu mengalihkan perhatian Nana dari hujan, dia mengernyit dan terpana menatap sosok yang memasuki pintu dengan rambut basah. Rangga?
Sejenak jantung Nana berdegup kencang. Tetapi kemudian kesadarannya kembali, itu sudah pasti bukan Rangga. Rangganya sudah meninggal karena kecelakaan itu, dia sendiri yang menaburkan bunga terakhir ke sana sebelum mereka mengubur jenazahnya. Bagaimana bisa dia mengira orang ini sebagai Rangga?
Lelaki itu menatap ke arah Nana, lalu berkedip sejenak, kemudian mengalihkan matanya, dan melangkah menuju sudut lain di warung kopi itu, Nana terus mencuri-curi menatapnya, mencoba menemukan jawaban. Lelaki ini tidak mirip dengan Rangga, apalagi penampilannya berbeda. Rangga selalu rapi, sederhana dan tampan dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya. Sedangkan lelaki ini berbeda, lebih urakan, lebih santai sekaligus elegan dengan rambut cokelat tua dan mata cokelat muda, hidung mancung dan bibir tipis yang sangat sesuai dengan keseluruhan wajahnya yang maskulin. Lelaki ini begitu tampan, seperti lukisan. Jenis lelaki yang sudah pasti dihindarinya, karena pasti seorang pemain perempuan.
Dengan gugup Nana meneguk kopinya, berusaha menenangkan diri. Kenapa dia begitu tertarik dengan lelaki ini, seolah tidak mampu mengalihkan pandangannya? Dan kenapa dia langsung teringat kepada Rangga? apa karena caranya memasuki ruangan? dengan rambut basah tapi tidak peduli, khas Rangga. Dan kenapa pula Rangga terus memenuhi pikirannya, bahkan ketika dia sudah ingin melangkah, meninggalkan masa lalu dan melupakan Rangga? Apakah ini pertanda bahwa dia tidak boleh melupakan kekasihnya itu?
***
"Mungkin kau salah lihat, atau kau terbawa lamunan sehingga kau berpikir lelaki itu tampak mirip dengan Rangga." Nirina melirik ke arah sahabatnya yang begitu murung setelah bercerita.
Nana menghela napas, "Masalahnya lelaki itu tidak mirip dengan Rangga. Dia lebih seperti pangeran hedonis yang salah tempat di warung kopi itu."
"Kalau kau sebegitu penasarannya, kenapa kau tidak mendekati laki-laki itu?"
Nana mengerjapkan matanya, "Aku... aku takut..."
"Takut apa? Takut jadi korban pesona sang pangeran hedonis?" Nirina terkekeh
Bukan. Gumam Nana dalam hati. Aku takut kalau aku sudah gila dan mengira semua orang sebagai Rangga. Aku takut kalau ternyata aku hidup di dunia khayalanku selama ini.
Nirina menatap Nana dengan simpati, sahabatnya itu masih sering melamun dan tampak sedih, bahkan setelah setahun kematian Rangga. Ya, siapa juga yang tidak sedih, ditinggalkan kekasihnya sehari sebelum pernikahan mereka, kalau Nirina mungkin tidak akan bisa setegar Nana menghadapinya.
"Datanglah ke sana lagi."
"Apa?" Nana mendongakkan kepalanya, mengernyit.
"Datanglah ke warung kopi itu lagi, mungkin saja kau akan berjumpa laki-laki itu lagi, Entah dia memang mirip Rangga atau dia hanya halusinasimu, setidaknya kau tidak akan bertanya-tanya lagi."
***
Nana melangkah ragu memasuki warung kopi itu. Hari ini, tepat seminggu kemudian, pada jam yang sama, hari yang sama. Dia duduk dan memesan seperti biasa, lalu menunggu sambil mengeluarkan buku bacaan yang selalu dibawanya kemana-mana, terjemahan novel sastra inggris lama lama, berjudul Jane Eyre.
Hari ini juga sama, hujan turun begitu deras di luar, mendung membuat langit menghitam, sehingga suasana sore ini tampak seperti malam. Dan Nana menunggu. Menunggu laki-laki yang mirip Rangga itu.
Lama. Hampir satu jam Nana menunggu, tetapi lelaki itu tak kunjung datang. Mungkin dia tak akan datang lagi, Nana mendesah. Mungkin kemarin memang hanya halusinasinya. Halusinasi yang muncul kala hujan turun. Karena dia terlalu merindukan Rangga...
Warung kopi itu sudah hampir tutup karena sore sudah menjelang. Dan meskipun hujan masih turun dengan derasnya di luar, Nana mengemasi tasnya, kemudian melangkah pergi. Dengan gontai, dia berjalan menyusuri trotoar, berpayungkan payung kecil warna merah hati. Entah kenapa dia merasakan sebersit kekecewaan karena ternyata laki-laki itu tidak ada. Yah, lagipula apa yang diharapkannya? Mana mungkin sebuah kebetulan terjadi dua kali?
"Nona. Tunggu sebentar."
Langkah Nana terhenti ketika menyadari panggilan itu ditujukan kepadanya. Kepada siapa lagi? Trotoar itu sepi karena semua orang memilih berteduh di dalam, menghindari hujan deras.
Dengan hati-hati Nana membalikkan badannya, dan untuk kesekian kalinya.... tertegun.
Lelaki itu. Dan memang tidak mirip dengan Rangga. Sedang melangkah tergesa mengejarnya, tanpa mempedulikan baju dan rambutnya yang basah kuyup di terpa hujan. Novel Jane Eyre-miliknya terlindung dalam lengan laki-laki itu.
***
"Kau meninggalkannya di meja ." Lelaki itu berdiri, begitu tinggi menjulang di atas Nana, membuat Nana harus mendongakkan kepalanya ketika menatapnya.
Ketika Nana tidak berkata apa-apa, lelaki itu terkekeh, "Aku biasanya mampir di warung kopi itu pukul empat, sepulang kuliah, tetapi hari ini terlambat, karena hujan deras membuat jalanan macet dan banjir, ketika aku datang cafe sudah hampir tutup dan aku melihat buku itu di meja, dan melihatmu melangkah di trotoar ketika aku masuk. Betul bukan ini bukumu?" Lelaki itu mengulurkan bukunya, suara laki-laki itu mengeras, mencoba mengalahkan derasnya hujan.
Nana masih terpana menatap sosok itu, kemudian mengerjap ketika mendapati lelaki itu menatapnya dengan bertanya-tanya, dia lalu menganggukkan kepalanya dan menerima buku itu, dengan hati-hati memasukkannya ke dalam tasnya.
"Terimakasih."
"Sama-sama. Namaku Reno."
Nana menelan ludahnya,
"Oh...aku Nana." dengan gugup dia menghela napas. Sudah selesai. Lelaki ini sama sekali tidak mirip dengan Rangga, mungkin Nana memang sudah sedikit gila, mengira semua lelaki sebagai Rangga . Nana mencoba membalikkan tubuhnya, "Terimakasih, aku.. aku harus pergi."
"Nana." Reno menggenggam tangannya, menahan Nana, ketika Nana hanya terdiam dan melirik tangan Reno yang mencengkeram tangannya, lelaki itu langsung melepaskannya dan berdiri dengan gugup.
"Eh.. maaf, aku merasa, mungkin kita bisa lebih mengenal lagi. Aku juga suka membaca, meskipun sastra inggris kuno bukanlah kesukaanku." Reno tampak terkekeh lagi, begitu ceria. "Kau akan sering ada di warung kopi itu kan?"
Nana tercenung. Beranikah dia? Bertemu lagi dengan lelaki ini? Hening yang lama, kemudian dia mengangguk,
"Mungkin aku akan datang ke sana, ketika aku ingin menikmati secangkir kopi dan menghitung hujan." jawabnya pelan,
Reno mengangguk, "Menghitung hujan, istilah yang bagus, itulah yang sering kulakukan setiap sore di warung kopi itu. Semoga aku beruntung bisa menjumpaimu lagi di sana. Sampai jumpa Nana."
Dan kemudian lelaki itu membalikkan tubuhnya, berlari menembus hujan deras. Nana terpaku menatapnya, sampai bayangan lelaki itu tertelan kabut hujan.
***
"Jadi, kau tidak berani ke sana lagi?" Nirina menatapnya dengan mencemooh, "Kau menjanjikan sesuatu pada seseorang, lalu kau mengingkarinya."
Nana memalingkan muka, tidak kuat menanggung rasa bersalah, Memang dia pengecut. Sangat pengecut. Ini sudah satu bulan sejak pertemuannya dengan lelaki bernama Reno yang sangat mirip Rangga itu, dan Nana sama sekali tidak berani menginjakkan kakinya ke warung kopi itu. Dia... takut, entah kenapa.
"Untuk apa aku ke sana Nirina? toh aku hanya memandang lelaki itu sebagai pengganti Rangga, sebagai orang yang entah kenapa mirip dengan Rangga."
"Tetapi dia bukan Ranggamu, kau sendiri yang bilang kalau penampilan mereka berbeda."
"Dia tetap mirip Rangga. Bukan dari segi fisik, dia mirip dengan cara yang berbeda." Dan Jantungku berdebar setiap ada di dekatnya. Nana mendesah, putus asa.
Nirina menggeleng-gelengkan kepalanya, "Nana. Kau tahu, aku sedih melihatmu terpuruk seperti ini. Sudah setahun sejak kematian Rangga, dan kau seharusnya sudah melangkah. Kau masih muda, jalanmu masih panjang. Mungkin Tuhan punya misteri dan rencana tersendiri mempertemukanmu dengan lelaki yang mirip Rangga, mungkin. Dan kau tidak akan mengetahui rencana apa itu, kalau kau takut melangkah."
"Jadi menurutmu aku harus menemui laki-laki itu?"
Nirina mengangkat bahunya, "Mirip atau tidak dengan Rangga. Setahuku, laki-laki itu adalah satu-satunya yang kau pikirkan selain Rangga. Temuilah dia."
***
"Hai." Nana berdiri gugup, di depan laki-laki itu yang sedang menundukkan kepala, tenggelam dalam bacannya.
Reno mendongakkan kepalanya. Sekejap dia mengerjapkan matanya, seolah terkejut, tetapi kemudian senyumnya terkembang,
"Nana." senyumnya makin melebar, "Duduklah."
"Kau ada di sini setiap sore?" Nana mengalihkan pandangan ke luar. Entah kenapa hujan turun lagi dengan derasnya, dan entah kenapa nana tidak kuat menghadapi pandangan tajam laki-laki itu.
"Setiap sore." Reno meletakkan bukunya, "Sepertinya kau sangat sibuk ya."
Nana menganggukkan kepalanya gugup. Dia tidak sibuk apa-apa. Dia cuma tidak berani datang dan menemui Reno, tetapi kebohongan itu sudah meluncur mulus di bibirnya.
"Aku sibuk dengan kuliah dan pekerjaan rumahku bulan ini, jadi tidak sempat keluar-keluar,"
Reno menatapnya memaklumi. Meskipun Nana sadar, Reno jelas-jelas mengerti bahwa Nana sudah berbohong kepadanya.
"Aku senang pada akhirnya kau bebas dan bisa datang." Lelaki itu menunjukkan sampul buku yang dibacanya, "Lihat aku sudah menyelesaikan satu set buku ini sambil duduk di sini setiap hari.
Nana melirik ke sana. Bacaan itu tidak dikenalnya, bukan tipe bacaan yang disenangi Nana.
"Kau tidak tahu ya. Ini novel karangan Michael Scott, yang ada di tanganku ini adalah buku ke enam dari serial The Secret of The Immortal Nicholas Flamel, yang ini judulnya The Enchantress." Reno tetap menjelaskannya meskipun judul buku itu sudah tertera jelas di halaman depannya, membuat Nana tertawa.
"Kenapa kau tertawa?"
"Tidak." Nana menahan kekehan gelinya, "Hanya saja buku itu bukan tipeku."
"Ah tentu saja. Kau penggemar bacaan romansa gelap dari masa lalu, kisah pengasuh yang jatuh cinta kepada majikannya yang dingin, kejam dan tak berperasaan tetapi sebenarnya romantis." Reno mencibir, "Tipikal bacaan perempuan."
"Tapi kau tahu isi Jane Eyre, berarti kau membacanya."
Reno memutar bola matanya, "Aku ingin tahu, ketika melihat seorang perempuan meninggalkannya di meja sebuah cafe, jadi aku mencari tahu dan membacanya."
Nana terpana, lalu tersenyum. Hatinya terasa hangat, entah kenapa. Sudah lama sekali dia tidak merasakan kehangatan ini. Sama seperti dulu, ketika bersama Rangga, berdebat masalah buku di tengah hujan, perasaannya sama. Dan meskipun secara fisik Reno berbeda jauh, lelaki ini mengingatkannya kepada Rangga. Mengingatkannya kepada masa-masa bersama Rangga.
"Kau belum memesan. Aku rekomendasikan kau membeli roti Palm Suiker sebagai teman minum kopimu." Lelaki itu mengedipkan matanya ke arah buku menu.
Nana mengernyit. Biasanya dia hanya memesan roti bakar standar sebagai teman minum kopinya di sini, "Apakah enak?"
"Enak kalau sambil minum kopi diiringi hujan, sambil menyantap selembar roti sederhana yang ditaburi brown sugar dengan aroma harum yang khas."
"Kau membuat air liurku keluar." Nana tertawa, lalu memesan roti itu, dan secangkir kopi. "Sampai di mana kita tadi?"
"Sampai ketika aku bilang bahwa perempuan selalu menyukai tipikal penjahat romantis di buku-buku roman mereka."
Dan percakapan itu berlanjutlah. Di tengah hujan deras yang mengiringi di luar, diantara harumnya uap beraroma kopi dan harumnya roti yang baru keluar dari pemanggangan. Nana terlarut bersama Reno, di sebuah warung kopi yang temaram.
***
Bersambung ke Part 2 ..
Cerita ini karya Sandy Agatha
Ini adalah pengalaman yang paling menantang. Baru kali ini gue pergi naik gunung tepatnya ke Gunung Slamet di Jawa Tengah dengan ketingggian 3428 Mdpl, gunung yang paling tertinggi di Jawa Tengah.
Sempat agak sedih juga pasalnya sebelum posting cerita ini hasil foto dan semua memory, kenangan pada waktu di gunung hilang karena HP di jambret orang. Well, masih ada sisa beberapa foto untuk bisa di buktikan kalau gue pernah naik ke gunung Slamet.
Tepatnya tanggal 31 Desember 2015 gue bersiap pergi berlibur naik gunung bersama teman gue SMP namanya Lutfi, Gue nggak berdua saja dengan dia, Gue pergi bareng teman-teman kantor Lutfi yang semua jumlah personilnya sekitar 23 orang, sebagian pendaki umumnya pria dan hanya 3 orang wanitanya saja termasuk gue.
Persiapan berangkat dimulai pada hari Kamis pagi tepatnya pukul 07;00 tanggal 31 Desember 2015 di Grandwisata, sepertinya perjalan ini agak ngaret karena gue bersama beberapa pendaki dari bekasi menunggu bis dari jakarta hingga pukul 09;00. Belum lagi permasalahan pada bis yang tidak mau pick up kami di tempat tujuan awal. Yapp.. tujuan awal pickup kami di pintu keluar tol Grandwisata daerah Bekasi. Tapi kata pengemudi bis yang membawa penumpang di jakarta, mereka bila takut ada Dishub dan patroli tol yang berjaga akhirnya kita gue dan bersama yang lainnya mencari cara agar bis bisa pickup kami. Akhirnya gue bersama yang lain jalan melewati pintu tol Grandwisata namun apa yang disangka ternyata didepan kami sedang berjaga mobil Patroli Tol, itu yang membuat gue sempat binggung karena tidak mungkin kita berjalan melewati mobil Patroli Tol yang ada gue bisa kena masalah. Akhirnya gue bersama pendaki yang lain kembali pada posisi awal dan menunggu teman kami untuk menjemput dan membawa kami melewati jalan alternatif belakang tol. Kalau bisa di bilang gue kaya penumpang cabutan yang ada di pinggi jalan tol..
Nggak lama nunggu sekitar setengah jam di pinggir jalan tol, akhirnya bis datang dan bisa pick up kami ketempat tujuan. Perjalan kami menempuh 12jam lamanya, harusnya Jakarta-Purwokerto hanya menumppuh waktu kurang dari 8jam tapi kenapa bisa lama?
Yaaa.. bis yang gue tumpangi emang bukan bis pariwisata, bis yang gue tumpangin bis yang menarik penumpang jadi lama sampainya. Belum lagi di perjalanan sempat mengalami troble yaitu bis mengalami pecah ban, kemudian bis menarik penumpang dan ngetem. Itu yang membuat gue sebal karena estimasi waktu jadi sangat lama.
Akhirnya gue sampai deh tuh di terminal Purwokerto pukul 07;00 wib. Terminalnya sepi banget padahal malam tahun baru tapi nggak ada kegiatan di terminal bis Purwokerto. Gue fikir di terminal ada juga yang ngerayain tahun baru kaya ada yang main petasan , main kembang api, main bakar angkot, bahkan main cewek.. etttt yang ada makhluk gaib lagi ngerayain tahun baru.
Oiaa gue di terminal itu transit (gayaaaaa) bukannn.. gue di terminal ganti mobil jadi mobil bak (itu lhoo mobil kang sayurr) buat mengantar kami ke Basecamp.
Sebelum ke basecamp gue makan dulu, lumayan murah makanan disana makan ayam goreng.. PAS- Lah.. Pas harga, Pas rasanya, Pas Ayamnya masih hidup, Pas itu belum bayarrr..
Entah kenapa yang gue heran dengan Purwokerto, mungkin karena masih di daerah pedesaan kali ya, tahun baru disana sepi banget nggak ada itu yang main petasan di jalan, nggak ada itu yang main cewek dijalan.. Sepi lah pokoknya beda dengan ibukota Jakarta.
Dari Basecamp ke Pos 1 (Pondok Gembirung) memakan waktu 2-3jam selama perjalanan masih santai karena masih melewati perkebunan warga serta lapangan, vegetasi didominasi hutan pinus. Gue sih masih bisa ketawa-tawa, masih bisa lompat salto bahkan jalan dengan tangan.
Dari Pos ke-1 sampai dengan Pos ke-2 (Pondok Walang) menempuh waktu 1,5 - 2 jam Trek lebih menanjak dari trek sebelumnya vegetasi hutan mulai rapat. Mmhhh disini gue udah mulai kepanasan karena baju yang gue pakai terlalu tebal, jadi gue mencari semak-semak untuk berganti baju menjadi lebih tipis.
Well, Pos ke-2 menuju Pos ke-3 (Pondok Cemara) kita bisa menempuh waktu 2 - 3 jam. Terdapat percabangan jalur dari pemalang sekitar 20 menit dari pos 2, Wahh.. gokil treking menuju ke pos selanjutnya jalur pendakian semakin menanjak jarang sekali mendapatkan bonus.
Kemudian dari Pos ke-3 menuju Pos ke-4 (Samaranthu) kita bisa menempuh jarak 1 - 1,5 jam. Saat gue mendaki gunung Slamet ternyata setiap pos sekarang ada warungnya, hanya saja tidak terdapat warung di pos 4 lah yang tidak ada warung. Jalur masih dalam suasana hutan. Yap di Pos 4 konon dikatakan Pos Angker, dari namanya "Samaranthu". Memang sih Gue tidak merasakan hal gaib di sekitar sini karena tenaga gue sudah mulai habis mendaki menuju pos 4. Pos Samaranthu emang tidak boleh di jadikan tempat camp karena dulu katanya disini tempat pintu dunia gaib brooo.. Gue sih percaya nggak percaya ya, balik lagi ke diri masing-masing broo.. Semua itu pasti ada penjelasan Ilmiahnya, Tapi gue emang melihat sebuah pohon yang bentuknya seperti pintu. Gue nggak yakin sih ini pohon emang sengaja di bentuk oleh tangan manusia apa karana proses pembentukan alam waktu masa lampau...
Well waktu gue melewati jalur ini gue sih berharap ini pintu menuju masa depan yang sukses bukan pintu alam gaib, kan nggak mungkin gue waktu lewatin ini tiba-tiba di depan gue, muncul makhluk astral pencari wanita jomblo yang berharapkan kepastian dari gue. Ehhh.. Gue sih nggak masalah ya mau tuh makhluk asral godain gue, mau colek-colek gue yang pasti gue berharap nggak menghina gue karena dicuekin pacar.
Bodo Ameeettt....
Wahhh gokil dari Pos ke- 4 menuju Pos ke-5 (Samyang Rangkah) untung namanya bukan Sayang Kamu, yang ada bisa bisa gue baper karena kesepian. Tapi selama naik gunung setiap nama pos nggak ada lho yang namanya itu Pos Cinta kamyuuu, Pos Kepastian, Pos PhP, atau Pos Yang dulu pernah ada.. Kan ribet juga kalo ada Pos dengan nama-nama percintaan. Durasi waktu yang ditempuh cukup singkat, HANYAAA.. HANYAAAA..Hanya dengan setengah jam sampai 1jam.. Hanya itu lhoo yang bikin kita kalo di sapa orang mulai emosi.. karena treking nya beuuhhhhh.. bikin napas loe kaya lagi dikejar-kejar mantan. Kalau perlu pengennya cepet sampai aja.. Dipos 5 lah gue membuka tenda menjual batu akik siapa tau babi hutan disini mau beli. Mhhhh.. yaa, di Pos 5 memang masih banyak babi hutan bukan babi ngepet. terdapat mata air juga kok arah kekiri sekitar 10 menit turun kebawah, bisa di minum dan digunakan untuk memasak, waktu kemarin gue kesana agak keruh karena musim kemarau bukan musim hujan. Vegetasi mulai didominasi hutan lamtoro dan rawan badai. Bersyukur waktu gue kesana nggak lagi badai tapi lagi cerah jadi banyak bintang nya.
Setelah semalam beristirahat cukup panjang, Gue bersama para tim pendaki lainnya melanjutkan Pos esok pagi untuk Summit ke Puncak. Gue berangkat pukul 4 pagi kemudian sampai di Pos ke-6 yaitu Pos Samyang Kamu Bingitss.. hahahah bukan itu namanya , Yap namanya Samyang Katebonan durasinya memang singkat hampir sama dari pos ke-4 menuju pos ke-5 durasi waktu tempuhnya sekitar setengah jam sampai dengan 1 jam. Jalur masih berdebu selama musim kemarau, dan di dominasi hutan lamtoro, dan sangat rawan badai.
Memang jarak dari Pos ke-5 sampai dengan Pos ke-8 menempuh waktu cukup singkat hanya setengah jam.
Dipos ke-6 menuju pos ke-7 masih sama dengan namanya Samyang kentut kamu , hahahaha.. Namanya Pos Samyang Kendit sekitar setengah jam sampai dengan 1jam. trekingnya terus menanjak dan jarang ada bonus tapi pemandangan sudah mulai terlihat baik kebawah maupun ke puncak. Karena didominasi dengan pohon-pohon pendek, pohon Lamtoro.
Hampir sama dengan pos ke-7, Pos ke -8 Samyang Jampang bisa gue sebut dengan Samyang itu Gampang, Jalur ini kita akan melewati jalan yang menyerupai lorong, didominasi bebatuan dan pasir dan masih di dominasi dengan pohon Lamtoro. Durasi waktu tempuh juga agak singkat hanya setengah jam jika jalan normal.
Pos 9 Pelawangan sekitar setengah jam dari pos 8. Dipos ini sudah mulai terbuka, bayas vegetasi hutan dan batu pasir, jalur didominasi batu dan krikil.
Yaaahhh ini lah Ending nya menuju Puncak. dari Pos Pelawangan menuju puncak memang sangat lama sekitar 2-3 jam. Kenapa bisa lama? Karena pada treking jalur menuju puncak mudah terjadi kabut dan badai, bahkan longsor krikil dan batu. Kalau bisa kalian jangan menggunakan sendal, treking batu sangat sulit sehingga bisa membuat kalian menjadi mudah terpeleset. Gunakan masker dan sepatu gunung.
Akhirnya kita sampai juga di puncak Gunung Slamet. Terharu banget karena proses untuk menuju puncak sangat lah sulit karena treking yang batu dan membuat gue harus memanggil awan kington.
Sampai Puncak gue langsung mengucap syukur karena gue masih bisa diberi keselamatan sampai saat ini dan nggak hanya mengucap syukur gue terus berdoa agar di tahun 2016 semua berjalan dengan lancar.
A photo posted by Tiara Rachmawati (@aiiarara) on
Setelah sampai di Puncak nggak lama-lama soalnya gue harus segera turun kembali ke bawah takut-takut terjadi hujan dan bisa membuat gue susah untuk turun karena medan turun dari puncak menuju pos 9 itu susah, Tapi gue berhasil kembali ke tempat camp dengan lari. Turun dari Puncak ke pos-9 gue guling-guling, di dorong, di jorokin, di lempar dan akhirnya gue sampai dengan cepat. sesampainya di tempat camp gue dan lainnya mulai memasak untuk menghabiskan makanan agar tas gue mulai ringan.
Begitu selesai gue mulai packing dan bergegas untuk menuju basecamp karena cuaca mulai mendung. Untuk turun nggak memakan waktu lama hanya sekitar 2-3jam untuk turun sambil berlari dan sesampainya di pos 1 gue mulai berharap ada seseorang yang menjemput dengan naik motor .
Ehhh memang rezeki anak soleh gue di tumpangin sama bapak bapak yang sedang pulang dari berladang menuju ke basecamp.
Yap begitulah cerita di waktu gue naik gunung Slamet. Buat kalian yang suka naik gunung share cerita kalian ya.
Tapi semua itu memang seperti siklus yang mengalir begitu saja. Well, di umur gue yang di bilang cukup sangat muda gue mencoba mengeksplore hal-hal baru. Seperti yang gue lakukan sekarang, setelah pendakian Gunung Merbabu gue langsung bergegas melanjutkan Perjalanan ke Gunung Lawu 3265 Mdpl tepatnya sekitar 1 tahun lalu sebelum gue mulai sibuk dengan skripsi.
Tak banyak gambar yang bisa gue ambil waktu perjalanan menuju ke Gunung lawu, hanya cerita yang bisa gue sampaikan ke kalian. Dari gue ikut rombongan Mapala Astadeca sampai gue berpisah bersama tim Mapala Astadeca dan akhirnya gue cuma berempat yang bisa meneruskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Gunung Lawu.
Sesampai di Basecamp Cemorosewu tepatnya di kaki Gunung Lawu, gue dan tim gue kembali istirahat untuk menambah stamina dan tenaga yang sebelumnya tenaga gue sudah terkuras habis di Gunung Merbabu. Esok paginya kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Lawu. Kami berangkat pukul 3 pagi untuk mengejar perjalanan agar kami tidak terlalu malam saat balik ke Basecamp. Yaaaa.. perjalanan kami cukup singkat dengan satu hari perjalan, kita bisa menyebutnya Tek-Tok (Berangkat pagi sampai Malam).
Agak di sayangkan ketika kalian ingin menikmati udara bersih ternyata kalian tidak bisa merasakannya. Yaa .. bayangkan saja Hampir di setiap Pos yang gue lalui untuk sampai Puncak, banyak sekali sampah-sampah yang berserakan dimana-mana. Entahlah, beberapa manusia memang tidak sangat peka terhadap kebersihan. Jangankan sampah dinding Pos yang saya dudukin juga banyak terdapat coretan-coretan nakal dari manusia tidak tahu diri.
Medan dari Jalur CemoroSewu menuju puncak, jalur medannya sangat gampang karena mudah dilalui. hampir seperti taman wisata yang jalur trakingnya sudah cukup bagus dan estimasi waktu yang di tempuh juga cukup singkat hanya 8jam kurang lebih tanpa istrahat lama karena jalurnya selalu menanjak.
Beberapa titik spot yang bagus untuk selfie hanya sedikit tak kala kita disuguhkan pemandangan indah dari sini. Well, kebetulan gue traking hari senin jadi pendaking yang naik ke Gunung lawu sangan sedikit, Karena beberapa dari mereka sudah mulai turun dari berkemah.
Tak banyak gambar yang saya ambil selama perjalan menuju puncak. Well, jujur aja background untuk mengambil gambar juga kurang bagus dan itu berdampak pada gue juga. Gue akui, semakin hari gue terlihat agak menjadi gembel yang tidak mandi berhari-hari muka sudah kucel bayangkan saja bibir gue menjadi pecah-pecah dan hitam akibat udara dingin.
Mungkin karena terlalu sering orang berkunjung ke sini setiap malam satu suro dan beberapa orang dari bebergai daerah untuk melakukan pertapaan atau bisa dibilang mencari duniawi. Hampir beberapa dari mereka tidak sadar membuang sampah sembarangan.
Pada Pos 4 yaitu Watu Kapur, jalur ini tidak boleh dibuat untuk tempat berkemah atau bermalam karena tidak jauh dari sini terdapat aroma belerang yang sangat menyengat dan tidak bagus untuk kesehatan.
Tenaga gue sudah mulai terkuras habis dari Pos4 menuju Pos berikutnya karena medan nya cukup menajak dengan kemiringan sekitar 40 derajat. Memang jalur medannya tidak terasa berat karena kontur tanahnya sudah dibuat lebih dinamis memudahkan para pengunjung untuk mendaki.
Gue memang tidak banyak membawa perbekalan untuk sampai ke puncak, hanya membawa 2 liter air untuk kita berempat. Pasalnya di atas puncak terdapat warung yang sudah berdiri lama. Isi tas kami juga hanya pakaian kotor bekas pendakian Gunung Merbabu.
Well, perut mulai laper karena dari pagi gue belum sempat untuk sarapan karena gue dan tim gue tidak membawa makanan sama sekali. Sampailah di Pos berikutnya yang terdapat warung cukup besar dan satu-satunya yang selalu buka di puncak. Biasanya para pendaki maupun wisatawan yang mengunjungi Gunung Lawu bisa beristirahat disini.
Didalam warung gue merasakan kehangatan karena, pemilik dari warung tersebut menyalakan api untuk menghangatkan ruangan sekitar. Walapun tempat nya cukup sedeharna tidak seperti hotel bintang 7 tapi dengan keberadaan warung ini cukup membuat para pendakin untuk bisa beristirahat sejenak.
Tak cukup lama gue dan tim langsung melanjutkan perjalanan untuk menuju kepuncak, dari Pos 5 untuk menuju Puncak memakan waktu 1jam. Tapi karena gue bersama tim gue, sempat mengalami salah jalur atau tersesat karena cukup berkabut disana. Akhirnya gue salah jalur dan gue melewati jurang dan beberapa jalur yang mengarah kearah Goa untuk mencari Duniawi atau beberapa orang menyebutnya untuk pesugihan dan semacamnya.
Perasaan mulai tidak enak karena jalur yang gue lewati berbeda dan agak misterius jadi gue mencoba kembali balik kearah warung di Pos 5. Setelah itu kami kembali melewati jalur yang biasa dilewati pendaki dan akhirnya sampailah di Puncak Lawu. Kami mulai mengabadikan momen berharga den berfoto selfie.
Finally, gue kembali melanjutkan perjalan untuk kembali pulang dengan jalur traking yang sama yaitu Cemoro Sewu. Gue selalu mengambil pelajaran dari semua perjalanan ini yang ada. “Jangan bunuh sesuatu kecuali waktu. Jangan ambil sesuatu kecuali gambar. dan Jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak” dan “jangan membakar apapun kecuali SEMANGAT” dan ingat "Bawa turun sampah mu… atau TELAN”. Begitulah Pesan gue untuk kalian para pendaki hebat.
Satu lagi nih pesan dari gue buat jodoh gue nanti “Aku akan memperjuangkannya, siapapun dia yang menemaniku di saat aku mendaki, bukan dia yang menungguku di puncak.” – tiara rachmawati
Terimakasih sudah membaca blog gue dan silahkan tingalkan komentar kalian jika kalian merasa punya cerita yang menarik juga.
Tapi sesusah-susahnya kerja, ternyata ada yang lebih susah, yaitu nyari kerja.
Ini yang gue alami dalam hidup, setelah lulus kuliah maka disitulah dunia sesungguhnya. Memang yang orang bilang mencari pekerjaan itu sungguh sulit. Gue udah berkali-kali mencoba mencari pekerjaan yang gue inginkan. Melamar sana sini, ikut Job Fair, buka lowongan di Jobstreet, minta link dengan teman apakah ada lowongan kosong dikantornya.
Hampir semua nya di tolak dan bahkan udah sampai tahap akhir ternyata gue belum bisa memenuhi kualifikasi dari perusahan itu. Ya.. memang rasanya sakit kaya di PHP ini dan berubah menjadi Baper, tapi apa daya kita hanya bisa berdoa yang terbaik.
Sempat gue berputus asa karena tidak ada pekerjaan yang kunjung bisa gue dapatkan dan gue bertanya-tanya pada diri sendiri;
"Apa yang salah ?"
"Kenapa bisa nggak lolos ?"
"Bagaimana bisa ini terjadi lagi? "
"Mengapa ini bisa terjadi pada ku ?"
"Dimana lagi gue bisa dapetin pekerjaan?
dan masih banyak lagi pertanyaan yang sebenernya pasti membutuhkan jawaban ilmiah.
Tidak terlepas dari itu, akhirnya gua mencoba bertanya kepada teman gue, sebut saja namanya Parjo dalam pertanyaan itu gue bertanya;
"Kenapa ya Parjo gue nggak lolos seleksi interview, sekalinya sudah lolos tahap interview gue bukan kandidat yang terbaik ?"
"Kenapaaa ????"
"Usaha gue kurang? Kenapa doa gue belum terkabul?
Saat gue bercerita sama parjo sambil menangis terseduh-seduh, dia cuma bilang;
"Nggak ada yang salah, cuman tertunda.. Tuhan kan tau yang terbaik buat kita, kalau misalnya loe doa nya belum terkabul berarti ada 3 kemungkinan.. Pertama doa loe masih tertunda, Kedua doa loe digantikan dengan yang lebih baik, dan Ketiga doanya loe disimpen diakhirat sana dan pasti sangat banyak gantinya..
Setelah parjo bilang gitu, tangisan gue mereda. Yaa.. nggak lama akhirnya gue dapat pekerjaan walapun cuma sebagai IT kontrak disalah satu perusahan BUMN. Tapi gue sudah bersyukur, sembaring mencari pekerjaan yang lebih baik disini gue bisa mengambil ilmu yang gue petik dari setiap harinya.. Apapun kerjaannya, semua punya bagian yang susah tidur.
Kadang sa’at kita bekerja, kita terbenturan dengan pilihan:
- Kerjaannya enak, Temannya enak, Gajinya enak tidak.
- Gaji enak, Temannya banyak, Kerjaannya tidak enak.
- Gaji banyak, Kerjaannya enak, Pertemanannya enak-enak tidak.
Kalo udah terbentur dengan pilihan yang kayak gitu, Gue bakal milih: Gajinya banyak, temannya enak, kerjaanya enggan. Kenapa? Karena seberat apapun kerjaannya, kalo dijalan-jalani bareng orang-orang yang menyenangkam, pastinya juga nggak bekal terasa berat bebanku meninggalkanmu , kan?
Kalo kalian sudah bisa menentukan pekerjaan mana yang mau kalian ambil, sekarang tinggal gue bantai kalian biar keterima kerja di sana.
Belajar Nulis Suratan Lamaran
Ini adalah langkah pertama, namun kepentingan bagi kalian yang mau mendapatkan pekerjaan. Surat lamaran yang kalian tulis dengan cat tembok dan tinta darah merah itu yang menentukan kalian layak di interview atau tidak.
Penggunaan bahasa yang baku dan benar adalah salah satu factory penentu surat lamaran kalian bakal diterima atau tidak. Sebagai contoh, jangan menggunakan bahasa yang kayak gini:
pic taken from: tweet @cherlychibi |
Kalian boleh numis suratku itu lamaran yang kayak gitu kalo perusahaan yang kalian lamar adalah perusahaan penagih harta warisan.
Pelajaran Tentangan Interview Kerja
Interview kerja itu bakal beda sana interview-interview PDKT yang pernah kalian liahat di FTV tipi-tipi. Nggak bakal ada pertanyaam semacam, “Berapa lama anda menjomblo? Mantan anda masih sering menghubungi? Bagaimana perasaan anda jika mantan anda mengajak anda balikan Adakah firasat sebelumnya bahwa anda akan diterima lagi sebagai pacar terindah?”
Interveiw kerja biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan wajar dan pertanyaan-pertanyaan jebak an. Contohnya:
- Apa yang anda tau mengenai perusahaan ini?
- Apa motivasi anda kerja di perusahaan ini?
- Kenapa anda merasa pantas kerja di sini?
Hati-hati dengan hati jawaban yang berikan bakal kalian, karena dari jawaban kalian, sang HRD bisa mengerti bola pikir kalian.
Pastikan Memilih Pekerja Yang Memang Dikuasai
Melamar sebuah pekerjaan karena gajinya gede, tapi nggak punya skill di bidang itu, pastinya bakal sia-sia . Kemungkinan besar udah ditolak di proses penyaringan pelamaran, terus kalaupun lolos, paling juga tidak akan bertahan lama di pekerjaan itu. Kenapa? Karena siapa yang mau membayar orang tanpa skill dan gagal membereskan pekerjaan karena kurangnya pemahamannya.
Kelola Blog dan Social Media
Mungkin sebagian dari kalian nggak nyadar bahwa banyak perusahaan yang sekarang juga memanfaatkan social media. Perusahaan itu bisa menembak atau bahkan menyimpulkan sifat kalian dari apa yang kalian tulis diinternet . Misal kaliam suka update status ngomel-ngomelin tentang boss, tentunya kalian akan dianggap sebagai makhluk yang passive-aggressive, alias beraninya kalo di belakang doang.
Selain menjebak-njebak karakter kalian, perusahaan yang kaliam lamar itu tentunya bisa mencari info tentang masa lalu kalian. Misal kenapa kalian resign dari perusahaan sebelumnya, punya banyak musuh nggak, atau pernah bermasalah dengan hakim atau nggak. bahkan sampai mantan kalian ada berapa, Semua bisa dicari di Internet.
So, kelola blog dan social media dengan sebaik mungkin, agar perusahaan yang kepo tidak menemukan hal-hal buruk dari kalian. Tingkatkan kreativitas dalam menulis di blog, sehingga perusahaan akan memberikan nilai plus bagi kalian karena kalian masih mau berkreasi di tengah keisbukan kerja.
Hai.. Hoii.. brohh.. sist.. gengs,.
Hampir setengah musim berlalu gue jarang menulis lagi, biasa himpitan ekonomi. Kali ini gue nggak bakal cerita tentang kegalauan gue atau cerita tentang ke- jomblo gue.
Seriuss gue!!
Jangan ketawa lu!!!
Nahhh,, semenjak gue suka nulis cerita di blog dan gue suka melakukan hal konyol akhirnya gue terkenal juga di jajaran para pria alay disana. walaupun gue belum sebeken raditya dika tapi gue bakal ngalahin bang radit.
Beberapa dari temen-temannya teman gue suka baca juga tulisan gue yang gesrek ini.. Sebut saja namanya Riky Malau dia temen gue main COC, Game Clash Of Clans atau yang sering kita kenal dengan sebuatan COC salah satu game paling populer di indonesia yang terus berkembang. salah satu game strategi di android smartphone, yang bisa dikatakan paling sukses diindonesia. Gue udah main ini lama sebelum negara api menyerang, sebelum game ini dibuat gue udah main duluan..
jadi kemana-mana ceritanya..
Yahhhh intinya gue disuruh buat lirik lagu deh sama si Malau ini..
kebetulan si Malau nyuruh gue buat karena gue sering nulis di blog. Doi pikir gue berbakat jadi penulis.. (aamiin doakan saja).
Ide gue nulis lagu ya jaman-jaman gue sering galau.
Gue masih belum bisa ngasih judul. judul Something Wrong ini juga masih belum fix. Mungkin dari kalian ada yang bisa memberikan saran judul dari lirik ini..
Lagu ini juga masih belum selesai tapi biar kalian nggak penasaran gue kasih tau ya..
Gue jelasin lagi ya..!!!
Karena suara gue asli Cempreng banget guee nggak bisa mengeluarkan kata-kata indah dari bibir tipis gue akhirnya si Malau yang nyanyi..
Yaaahhh nggak beda jauh dari gue pronounsnya yang kurang maksimal membuat lagu ini juga belum maksimal. nanti kalau gue dan doi rekaman gue kasih tau..
Langsung aja yaa...
Dengerin..
Judul belum fix nih..!!!
Buat kalian yang suka nyanyi dan merasa suara kalian bagus. Gue buka lowongan buat ngisi suara ini.. :D
Ini beberapa liriknya..
Nih liriknya.
I know there's something wrong
I know it's happening now
I know it could be wrong
And i also know it may be right
I know why did the world
Spinning faster then before
I know why did the time
Its gone so fast
When i'm with you
Reff;
nananaanana..
masih berlanjut ya..
Kasih saran boleh lahh kalau soal judul...
coment ya di box. :D
masih sudah mendengarkannya..
Pandangan Orang Dewasa Tentang Asmara
Pagi ini gua baca artikel disalah satu favorite blog yang gue
kagumi (Bang Alit) dan selalu jadi motivasi dari tulisan tulisan gua dan gue
akan mengambil beberapa kata kata yang menurut gue pantas untuk kalian baca.
Gue udah gagal menjalin hubungan bersama 3 orang, dan
beberapa pdkt Endingnya selalu berakhir tidak bahagia.
Dan akhirnya gue masuk ke fase dewasa yang intinya,
"The more you get old, the more you hate bullshit". Nah.. Gue di fase
itu, gue benci basa-basi. Gue udah bosan dengan lingkaran setan:
Kenalan-PDKT-Pacaran-Ilfeel-Putus-Kenalan lagi, gitu terus
sampe sapi bisa kayang.
Adaptasi adalah hal yang tidak mudah dan melelahkan. Harus
membuka diri lagi kepada orang baru, harus menceritakan pengalaman yang sudah
terlalu muak untuk diceritakan ulang, harus mengenal keluarga si pasangan baru
lagi, membuka hal-hal paling memalukan dari dalam diri kepada pasangan baru
lagi agar dia bisa mengerti. Capek! Dan bagian paling menyebalkan adalah, hal
itu buang-buang waktu.
Kadang remaja pada salah paham, mereka ngira orang dewasa
itu membosankan atau nggak asik. Gue lurusin dulu yah.. Orang dewasa itu masih
asik kok, tapi sekarang mereka udah nggak mau lagi asik dengan cara remaja yang
penuh basa-basi.
Orang dewasa udah nggak suka saling muji, saat nggak ada
yang layak dipuji. Orang dewasa nggak mau ngasih harapan palsu bakal dateng ke
acara tertentu di saat mereka memang nggak bisa dateng ke acara itu. Orang
dewasa nggak akan buang-buang waktu untuk melakukan hal yang mereka tidak suka.
Kejujuran semacam itu kah yang kadang kalian anggap sebagai
"ketidak-asikan"?
Nggak apa-apa dibilang nggak asik, setidaknya orang dewasa
sudah bisa membedakan mana yang diinginkan dan mana yang dibutuhkan. Setidaknya
dengan begitu, orang dewasa tau mana yang perlu dilanjutkan, dan mana yang
perlu ditolak mentah-mentah dari awal.
Loh? Apa asiknya bisa membedakan mana yang diinginkan dan
mana yang dibutuhkan?
Gue bakal jelasin di bawah.
Yap, pengalaman-pengalaman ditolak itu bikin gue mikir bahwa
ada banyak miskonsepsi tentang cara pemilihan pasangan yang dilakukan
orang-orang. Nah, gue mau bahas dari segi cewek dan cowok nih. Kita mulai dari
cewek:
1. Doyan Gombalan
Sesuai pengalaman gue, sebagian cewek lebih mudah hanyut
kepada cowok yang doyan muji mereka dibandingkan memberikan perhatian yang
lebih nyata. Sebagian cewek lebih mudah tertipu oleh kata-kata dibanding
memperhatikan perbuatan orang yang berkorban untuknya. Sebagian cewek lebih
memilih cowok yang memberikan bunga mawar nan cantik kepadanya, dibandingkan
pria yang memberikan jaket di saat suhu dingin melanda.
Faktanya, memang sebagian cewek lebih mudah jatuh cinta
kepada cowok yang bilang, "Cuma kamu cewek di Bumi ini yang aku cinta.
Bagiku, kamulah pusat dunia. Tanpa kamu, aku merasa bagai biji tanpa batang,
nggak guna".
Dibandingkan cowok yang bilang, "Aku punya banyak
prioritas dalam hidup, salah satunya adalah kamu, tapi kamu bukan yang pertama.
Yang lebih utama adalah karier dan keluarga". Gue yakin sebagian cewek
bakal komentar, "Dasar cowok nggak romantis!" saat dikasih pengertian
semacam itu.
Tapi sebagian cewek emang nggak nyadar bahwa gombalan atau
pujian itu hal yang terlalu murah untuk didapatkan. Seorang cowok brengsek bisa
ngegombalin 4, 5, atau 6 cewek berbeda dengan gombalan yang sama atau bahkan di
kurun waktu yang sama.
Sedangkan perbuatan nyata meski tanpa kata cinta, adalah hal
termewah yang bisa didapatkan wanita. Karena dibalik setiap usaha seseorang,
pastinya ada pengorbanan yang dia lakukan, dan pengorbanan itu tak bisa
diuangkan.
Nah, orang yang mencintai dengan cara MELAKUKAN SESUATU itu
nggak gampang. Hal itu menghabiskan waktu dan energi lebih banyak dibandingkan
cuma menggombal. Makanya, tukang gombal lebih gampang selingkuh sama
cewek-cewek polos pecinta gombalan karena hal itu nggak melelahkan. Sedangkan
cowok yang lebih suka memberi perhatian nyata, nggak bakal kuat membahagiakan
lebih dari satu wanita di kurun waktu yang sama. Karena lagi-lagi, itu adalah
aktivitas yang melelahkan.
Rumusnya, banyak muji = banyak bohongnya. Banyak janji =
banyak ingkarnya.
So girls... Masih doyan gombalan kah?
2. Doyan Cowok Yang Selalu Romantis
Sebagian cewek emang suka dipuja.. Suka banget dikasih
kejutan. Ya, sebagian cewek sangat menginginkan kisah cinta yang mereka alami
itu bakal seindah cerita di film romance favorit mereka. Padahal hidup itu
nggak bisa selalu romantis, bahkan lebih banyak realistis. Iya, aspek hidup
yang bakal dihadapi berdua itu nggak cuma soal cinta. Hidup perlu uang, perlu
makan, perlu tempat tinggal, dan itu semua nggak bisa ditebus dengan cinta
doang.
Cowok yang bertanggungjawab cenderung membagi-bagi fokus
hidupnya kepada banyak hal, untuk mengimbangkan semua aspek hidupnya. Itulah
kenapa, mereka cenderung sibuk dan cuek sama pasangan di saat mereka sedang
mengusahakan kehidupan yang lebih baik. So, mereka mungkin bakal romantis di
saat tertentu. Jadi jangan harapkan pria bisa romantis setiap hari seperti saat
kalian masih pacaran dan belum bisa ngasilin duit sendiri.
Pria yang doyan selingkuh itu biasanya pengangguran. Karena
dia punya banyak waktu luang dan energi yang tersisa. Sedangkan orang sibuk
ngapain selingkuh? Satu pasangan aja jarang disentuh.
Sedangkan cowok:
1. Anti Cewek Matre Tapi Aslinya Minder
Diminta bayarin makan malem doang, udah nuduh pacarnya
matre. Ditanya udah punya apa buat modal nikah, langsung nuduh pacarnya matre.
Pacar minta pulsa saat ditangkap polisi, langsung nganggep matre.
Cowok-cowok minder kayak gini yang perlu belajar lagi
artinya matre dan realistis. Kalo lo ninggalin cewek yang menanyakan jaminan
masa depan, artinya elo cowok yang minder sama masa depanmu sendiri. Bahkan
sangking takutnya sama masa depan, elo sampai ninggalin orang yang mengingatkan
soal masa depan.
Cewek yang menanyakan jaminan masa depan itu bukan matre,
tapi realistis. Cewek matre itu adalah cewek yang udah minta dibiayain segala
keinginannya di saat dia belum jadi apa-apa.
Cewek realistis wajar dong mempertanyakan jaminan masa
depan, dia kan kelak juga bakal jadi partner dalam hidup. Dia perlu tau gaya
hidup macam apa yang akan kalian jalani, sehingga dia bisa mempertimbangkan,
dia bisa menyesuaikan gaya hidup itu atau nggak. Dia bisa menyarankan, lo perlu
berjuang lebih keras sebelum nikah atau nggak.
Gue percaya, wanita baik itu akan rela untuk hidup menderita
sama pria yang dicintainya, tapi pria baik tidak akan rela membiarkan wanita
yang dicintainya hidup menderita. Think about it~
2. Fisik Adalah Segalanya, Tapi Pengin Bahagia
Sebenernya nggak cuma cowok sih, sebagian cewek juga begitu.
Malah, sebagian manusia pengin punya pasangan yang cakep, atau rupawan. Tapi
apakah memang itu yang dibutuhkan?
Kadang dalam memilih pasangan kita lupa membedakan mana
keinginan dan mana kebutuhan, sampai akhirnya mendahulukan keinginan dibanding
kebutuhan, yang berujung pada kegagalan hubungan.
Contohnya gini, keinginannya punya pasangan yang cakep, tapi
kebutuhannya punya pasangan yang selalu perhatian. Sayangnya, pasangan yang
perhatian ini nggak memiliki tampang yang cakep. Dan anehnya, sebagai manusia
kita kadang malah memilih orang yang tampangnya cakep dibanding orang yang
bertampang biasa aja namun bisa ngasih perhatian.
Nah, di titik ini artinya kita sudah mendahulukan keinginan
dibandingkan kebutuhan. Akhirnya pun bisa ditebak, hubungan itu nggak bakal
bertahan lama karena apa yang kita butuhkan nggak ada di dalam orang yang udah
dipilih berdasarkan keinginan itu. Ya, tanpa perhatian, kita nggak bisa nyaman
meskipun pasangannya rupawan.
So, dari point ini, gue mau menyarankan, "Jangan cari
pasangan berdasarkan apa yang lo MAU, tapi yang lo BUTUH. Lo bisa bosen ama
yang lo MAU, tapi lo nggak bisa lepas dari KEBUTUHAN".
Yap.. Segini aja, biar pikiran
lega dan nggak disesakin oleh ide-ide yang gue tumpahin di postingan ini.
Semoga berguna!