Small and white, clean and bright.
You look happy to meet me..
I remember singing that song when I was a child, tanpa pernah melihat langsung edelweiss yang asli. Teman gue pernah membawakan edelweiss usai perjalanannya naik gunung (ini jangan diikuti ya, karena sebenarnya tidak boleh mengambil apapun di gunung), tapi melihat edelweiss langsung belum pernah, hingga gue pergi ke Gunung Papandayan.
Rasa yang didapat itu sungguh luar biasa dan tidak terlupakan. Bagaimana tidak keindahan yang luar biasa mampu membuat gue ingin merasakan kembali sensasi mendaki gunung.
Jujur saja izin untuk mendaki gunung itu belum gua dapat dari orang tua. Yap.. Gunung Papandayan adalah gunung untuk pemula, awalnya gua sempet ragu untuk mendaki gunung ini karena basically skill trakking gua nggak punya. Tapi dengan modal nekat semuanya terlaksanakan dan alhamdulilah sampai dengan selamat dan kembali dengan selamat juga.
Digunung Papandayan gua mulai mengalami apa yang namanua naik gunung. Untungnya, sebelum pendakian gua sudah latihan fisik sekitar dua minggu sebelum, jadi tidak terlalu payah di saat mendaki.
moment trakking |
Dulu gua selalu berfikir ngapain sih naik gunung, cape-cape, menyiksa diri, nanti hilang, dll. Hmmm, pandangan gua berubah sekitika saat gua mulai menapak kaki melewati kawah belerang dan puncak sesungguhnya di gunung Papandayan. Walaupun puncak gunung papandayan tak seindah gunung-gunung lainnya tapi sensasi mendakilah yang menjadi pengalaman.
Untuk mencapai puncak kita harus melewati hutan mati dari puncak hutan mati kita bisa melihat tempat camp.
Hutan Mati |
Setelah melewati hutan mati, kita akan menemukan ladang surga Edelweiss di Tegal alun.
0 komentar