Tapi semua itu memang seperti siklus yang mengalir begitu saja. Well, di umur gue yang di bilang cukup sangat muda gue mencoba mengeksplore hal-hal baru. Seperti yang gue lakukan sekarang, setelah pendakian Gunung Merbabu gue langsung bergegas melanjutkan Perjalanan ke Gunung Lawu 3265 Mdpl tepatnya sekitar 1 tahun lalu sebelum gue mulai sibuk dengan skripsi.
Tak banyak gambar yang bisa gue ambil waktu perjalanan menuju ke Gunung lawu, hanya cerita yang bisa gue sampaikan ke kalian. Dari gue ikut rombongan Mapala Astadeca sampai gue berpisah bersama tim Mapala Astadeca dan akhirnya gue cuma berempat yang bisa meneruskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Gunung Lawu.
Sesampai di Basecamp Cemorosewu tepatnya di kaki Gunung Lawu, gue dan tim gue kembali istirahat untuk menambah stamina dan tenaga yang sebelumnya tenaga gue sudah terkuras habis di Gunung Merbabu. Esok paginya kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Lawu. Kami berangkat pukul 3 pagi untuk mengejar perjalanan agar kami tidak terlalu malam saat balik ke Basecamp. Yaaaa.. perjalanan kami cukup singkat dengan satu hari perjalan, kita bisa menyebutnya Tek-Tok (Berangkat pagi sampai Malam).
Agak di sayangkan ketika kalian ingin menikmati udara bersih ternyata kalian tidak bisa merasakannya. Yaa .. bayangkan saja Hampir di setiap Pos yang gue lalui untuk sampai Puncak, banyak sekali sampah-sampah yang berserakan dimana-mana. Entahlah, beberapa manusia memang tidak sangat peka terhadap kebersihan. Jangankan sampah dinding Pos yang saya dudukin juga banyak terdapat coretan-coretan nakal dari manusia tidak tahu diri.
Medan dari Jalur CemoroSewu menuju puncak, jalur medannya sangat gampang karena mudah dilalui. hampir seperti taman wisata yang jalur trakingnya sudah cukup bagus dan estimasi waktu yang di tempuh juga cukup singkat hanya 8jam kurang lebih tanpa istrahat lama karena jalurnya selalu menanjak.
Beberapa titik spot yang bagus untuk selfie hanya sedikit tak kala kita disuguhkan pemandangan indah dari sini. Well, kebetulan gue traking hari senin jadi pendaking yang naik ke Gunung lawu sangan sedikit, Karena beberapa dari mereka sudah mulai turun dari berkemah.
Tak banyak gambar yang saya ambil selama perjalan menuju puncak. Well, jujur aja background untuk mengambil gambar juga kurang bagus dan itu berdampak pada gue juga. Gue akui, semakin hari gue terlihat agak menjadi gembel yang tidak mandi berhari-hari muka sudah kucel bayangkan saja bibir gue menjadi pecah-pecah dan hitam akibat udara dingin.
Mungkin karena terlalu sering orang berkunjung ke sini setiap malam satu suro dan beberapa orang dari bebergai daerah untuk melakukan pertapaan atau bisa dibilang mencari duniawi. Hampir beberapa dari mereka tidak sadar membuang sampah sembarangan.
Pada Pos 4 yaitu Watu Kapur, jalur ini tidak boleh dibuat untuk tempat berkemah atau bermalam karena tidak jauh dari sini terdapat aroma belerang yang sangat menyengat dan tidak bagus untuk kesehatan.
Tenaga gue sudah mulai terkuras habis dari Pos4 menuju Pos berikutnya karena medan nya cukup menajak dengan kemiringan sekitar 40 derajat. Memang jalur medannya tidak terasa berat karena kontur tanahnya sudah dibuat lebih dinamis memudahkan para pengunjung untuk mendaki.
Gue memang tidak banyak membawa perbekalan untuk sampai ke puncak, hanya membawa 2 liter air untuk kita berempat. Pasalnya di atas puncak terdapat warung yang sudah berdiri lama. Isi tas kami juga hanya pakaian kotor bekas pendakian Gunung Merbabu.
Well, perut mulai laper karena dari pagi gue belum sempat untuk sarapan karena gue dan tim gue tidak membawa makanan sama sekali. Sampailah di Pos berikutnya yang terdapat warung cukup besar dan satu-satunya yang selalu buka di puncak. Biasanya para pendaki maupun wisatawan yang mengunjungi Gunung Lawu bisa beristirahat disini.
Didalam warung gue merasakan kehangatan karena, pemilik dari warung tersebut menyalakan api untuk menghangatkan ruangan sekitar. Walapun tempat nya cukup sedeharna tidak seperti hotel bintang 7 tapi dengan keberadaan warung ini cukup membuat para pendakin untuk bisa beristirahat sejenak.
Tak cukup lama gue dan tim langsung melanjutkan perjalanan untuk menuju kepuncak, dari Pos 5 untuk menuju Puncak memakan waktu 1jam. Tapi karena gue bersama tim gue, sempat mengalami salah jalur atau tersesat karena cukup berkabut disana. Akhirnya gue salah jalur dan gue melewati jurang dan beberapa jalur yang mengarah kearah Goa untuk mencari Duniawi atau beberapa orang menyebutnya untuk pesugihan dan semacamnya.
Perasaan mulai tidak enak karena jalur yang gue lewati berbeda dan agak misterius jadi gue mencoba kembali balik kearah warung di Pos 5. Setelah itu kami kembali melewati jalur yang biasa dilewati pendaki dan akhirnya sampailah di Puncak Lawu. Kami mulai mengabadikan momen berharga den berfoto selfie.
Finally, gue kembali melanjutkan perjalan untuk kembali pulang dengan jalur traking yang sama yaitu Cemoro Sewu. Gue selalu mengambil pelajaran dari semua perjalanan ini yang ada. “Jangan bunuh sesuatu kecuali waktu. Jangan ambil sesuatu kecuali gambar. dan Jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak” dan “jangan membakar apapun kecuali SEMANGAT” dan ingat "Bawa turun sampah mu… atau TELAN”. Begitulah Pesan gue untuk kalian para pendaki hebat.
Satu lagi nih pesan dari gue buat jodoh gue nanti “Aku akan memperjuangkannya, siapapun dia yang menemaniku di saat aku mendaki, bukan dia yang menungguku di puncak.” – tiara rachmawati
Terimakasih sudah membaca blog gue dan silahkan tingalkan komentar kalian jika kalian merasa punya cerita yang menarik juga.