Wanita dan Hujan

By ara - 11/29/2014



Bandung dengan hujannya yang ( hampir ) setiap hari melahirkan cerita ini. Mau tak mau membuat saya merenungkan hujan dari dua sisi, Hujan yang mendatangkan kebahagiaan bagi manusia yang mencintainya sepenuh hati, dan hujan yang mendatangkan kesedihan bagi manusia yang belum bisa melepaskan masa lalunya.

Menghitung tetes demi tetes yang tiada habisnya.
Sendirian...
Karena kau tak pernah ada.
Karena kau tak pernah sadar.
Karena kau selalu tiada.
Tahukah kau setiap hari aku menghitung hujan yang turun?
Menghitung tetes demi tetes, cintaku padamu yang mulai berhamburan
Berhamburan jatuh dan menghilang ditelan bumi

Jantungku ini berdetak untukmu. Kau dengar itu kekasih?
Setiap degupnya meneriakkan namamu.
Setiap detaknya memanggil-manggil dirimu.
Aku merindukanmu.
Dimanakah kau, kekasih?
Aku rindu menikmati helaan napas dan irama jantung yang berpadu.
Kau dan aku. Satu.

Mencintaimu itu sama seperti bernapas
Terjadi begitu saja, tak tertahankan
Bahkan sebelum aku menyadarinya
Aku sudah jatuh cinta padamu
Dan aku mau menunggu
Aku mau menunggu untukmu
Meskipun itu berarti : Selamanya

Jika cinta itu sama dengan hujan
Maka kaulah tetes air yang mengalir itu
Menerpa tubuhku, Membasahi hatiku
Membuatku mampu bermimpi,
Bahwa mungkin akan ada 'bahagia selamanya" untuk kau dan aku...

Apakah cinta sejati hanya bisa diartikan dengan debaran pasti?
Apakah cinta sejati bahkan pernah ada?
Jika hati terpaut melintas masa
Dan kata-kata takkan pernah cukup
untuk melepas ragu berpadu rindu
Hadirmu dalam genggam hangat jemari
Sesederhana itu aku mencinta
pun sesulit itu kau menjadi nyata

Aku dan kamu....
Memaafkan keraguan,
berdansa dengan kepercayaan.
Mengertikan kemelut hati yang tersesat,
tuk mencari tahu jalan pulang.
Memilih hidup yang hanya satu
Hanya satu, dan selalu begitu
Tak ada ragu
Selalu kembali kepadamu...

semua nyawa mengharap asa yang sama
saat dua hati mulai terbelenggu romansa
menjulang doa ke langit Tuhan
berucap syukur karna cinta

Andai engkau tahu betapa ku mencintaimu
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku
Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya
Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu         
[Afgan -Jodoh Pasti bertemu]

Hanya dengan menghitung hujan aku mengenangmu
Hanya dengan menghitung hujan aku mencintaimu
Tetesannya sebanyak apa yang bisa kucurahkan kepadamu
Cintaku yang terlalu dalam, semampuku, sekuatku, menghujanimu.

Kalau ada yang berani bertanya seberapa banyaknya cintaku...
Akan kusuruh dia menghitung tetesan hujan yang turun

mendung itu yang mengeruhkan hati, tak cukup gelap
hati masih sendu, dan pertanyaan itu masih kelam
tak bisa dekat dengan sempurna, tetapi bisa dekat dengan hatimu
sesederhana itu mimpiku tentangmu
dan kalaupun itu tidaklah mungkin
akan kutunggu sampai hari berakhir
atau sampai kita lahir lagi di waktu lain, saat mimpi yang tak mungkin, menjadi mungkin

Tak pernah kuduga, ternyata jalinan kisahku akan seberat itu
Ternyata sesuatu yang sempurna pada akhirnya bisa terasa melelahkan
Ternyata sesuatu yang kukira kuat, bisa menjadi rapuh dan terlalu lemah untuk bertahan
Pantaskah untuk diperjuangkan kisahku ini?
Jika ternyata kusadari, bahwa harga sebelah jiwa...
Begitu mahalnya...

 ...Itu untukku..itu bukan untukku...
Dia untukku...dia bukan untukku...


Kalimat-kalimatmu seindah hujan di pagi hari, sehalus ungkapan hati yang tak bertepi.
Dan hatiku hanyalah setetes embun sisa hujan di malam hari, menggayutkan mimpi bisu, menunggu matahari mengeringkannya.
Hanya.....Ragaku sendiri bukan raga yang sama, dan cintaku sendiri bukan cinta yang mudah.
Akankah aku bisa membuatmu bertahan.
Atau haruskah aku memendam perih lagi,
Menatap punggungmu yang berlalu dan kemudian pergi?

Kau dan aku lebih murni dari petikan sastra romantis,
meski kisah kita tak seindah cinta dalam sejarah.
Kita dan dua cangkir kopi,
lalu menghitung hujan sambil mendengarkan debaran sendiri
Dua cangkir kopi berteman hujan
Dua cangkir kopi lebih indah dari simfoni
Jadi tetaplah ada.
Kau dan aku, dan dua cangkir kopi.

Menghitung hujan dengan percaya, bahwa suatu hari kan menemukan bahagia
Kau aku dan mimpi untuk memeluk sang belahan jiwa.
Yang dengannya jantung ini berdebar lebih kencang
Kau dan aku. Kita selalu bersama.
Bangun sayang, lepaskan mimpimu
Ada aku di sini, di dunia nyata
Menunggu untuk mencintaimu.


Yang tertinggal hanyalah kau dan aku
Dalam senyum dan tatapan mata rindu
Bersenandung teriring debaran merdu
Melangkah maju dalam langkah-langkah terpadu.
Kau dan aku adalah sepotong cinta yang tiba tanpa rencana
Membawa harapan baru yang penuh dengan doa

Kau adalah segalanya.
Pelukan untukku dihari dingin hujan dan petir yang menyambar,
Pagi yang cerah tempatku membuka mata dalam pelukan dan malam yang indah tempatku menutup mata dalam buaian.
Belahan jiwaku yang selalu menemaniku melangkah di setiap goncangan kehidupan.
Satu-satunya manusia yang bisa mengucap dengan sempurna kalimat “Aku cinta padamu.”
Bukan dengan kata-kata, namun dengan tatapan memuja dan pelukan yang tak pernah lelah.
Kau adalah segalaku. Dan aku adalah segalamu..

  • Share:

You Might Also Like

1 komentar